Bahkan grafik peningkatan segmen pasarnya jauh lebih baik dibanding jenis bebek. Secara umum, pihak promotor penyelenggara untuk saat ini cenderung belum variatif dan seragam dalam menghadirkan kelas-kelas kudabesi transmisi otomatis ini. Ambil contoh, FFA s/d 400 cc yang notabene peserta atau tim banyak yang mengimpor mesin Yamaha Fino dari Thailand, selama ini lebih akrab di wilayah Jawa Tengah-DIY dan DKI Jakarta-Jawa Barat.
Untuk Jawa Timur (Jatim) belum ada yang seperti tersebut tadi. Maksimal di angka kapasitas 250 cc. Ayo kita selami lebih dalam fenomena yang sedang menghangat. Fakta dilapangan, semakin banyak saja, tim-tim asal Jateng ataupun DKI Jakarta yang mengusung mesin-mesin Yamaha Fino Thailand yang kisaran ccnya berada diantara 300 hingga 350 cc. Sekedar informasi, di Thailand sendiri memang populer kelas s/d 400 cc tersebut dimana regulasinya diameter piston maksimal 69 mm.
Otre menyaksikan langsung kenyataan tersebut dalam gelaran Dragbike Championship 2010 di lintasan Tepnakong, Thailand pada pertengahan Desember lalu. Sampai disini, memang seharusnya kelas ini konsisten dipentaskan. Harus merata. “Penggemarnya sudah terlihat semakin banyak. Tidak ada pilihan lain, harus diadakan di setiap event, “tegas Ismail, tuner Harmony Monster Skutik asal Solo yang punya best-time 7,2 detik dalam menu lintasan 201 meter.
Pada sisi lain, kelas-kelas di bawahnya harus ditampilkan juga. Logikanya, untuk menampung pemain-pemain yang budget dananya relatif tidak besar. Alhasil, kelas-kelas matik menjadi lebih komprehensif. Misal standar s/d 130 cc ataupun s/d 200 cc. Catatan otre, hanya kelas 200 cc yang kerap hadir. Seperti saat dragbike Pati beberapa waktu lalu (23/1) dan seri Racewar 2010 yang keseluruhan digelar di Sirkuit Harapan Indah Bekasi.
Untuk matik s/d 130 cc sendiri terbukti lebih akrab di hajatan area Jatim saja. Yang lain justru tidak berlaku. Lagi-lagi ini problem ketidakseragaman. Padahal kelas ini potensial dihadirkan untuk menangkap aspirasi pemain anyaran. Anyway, faktor biaya dipastikan lebih efisien (dibanding 200 cc ataupun FFA s/d 400 cc) dengan aturan main yang mayoritas beraroma standar pabrik.
Mengacu pada hal-hal diatas, maka sepatutnya ada tiga kelas yang harus selalu disosialisasikan pihak penyelenggara dalam setiap kompetisi dragbike matik, yaitu FFA s/d 400 cc, 200 cc dan 130 cc. Sekilas info saja, sebetulnya titel TDR YSS Comet Dragbike 2010 sudah mempertegas beberapa alternatif tersebut. Hanya saja, masih belum jelas apakah putaran tersebut akan kembali mengemuka tahun ini. Masih tanda tanya besar.
“Konteks tiga kelas 400 cc, 200 cc dan 130 cc idealnya berlaku absolut alias wajib hukumnya, agar kedepan balap karapan khusus matik makin ramai. Tidak ada lagi anggapan tim, bahwa kelas tertentu hanya ada di wilayah tertentu,“ terang Drs. Nadjib M Saleh, dedengkot Venture Sport Club Jogja sebagai promotor, juga penasehat Pengprov IMI DIY. So, butuh kesamaan persepsi diantara para pelaku. | ogy
TANTANGAN TUNER LOKAL (FFA S/D 400 CC)
Patut dipahami, berdasar hasil investigasi di lapangan, maka sebagian besar atau malah keseluruhan kudapacu matik yang fight di FFA (Free For All) s/d 400 cc di negeri tercinta merupakan garapan Thailand. Jadi tim Indonesia yang survey dan membeli di sana. Santer terdengar info, catatan waktu menjadi patokan harga. Diprediksi kuat, rata-rata yang kompetitif dengan best-time 6,6 hingga 7 detik untuk 201 meter berada dalam kisaran harga 40-60 juta.“Memang lebih praktis beli di Thailand. Untuk riset dipastikan memakan biaya yang sangat besar dan bisa jadi lebih mahal dibanding menebus langsung, termasuk juga menelan waktu yang lama. Bisa dibayangkan berapa camshaft, piston dan headcylinder yang menjadi bahan riset. Belum lagi yang lain-lain seperti kampas kopling, puli, roller dan lain-lain, “opini Yudha Prasetya, kiliker Erdeve Dha’s Klaten yang terlihat tertarik juga untuk mengimport matik FFA.
Bagaimanapun juga, kondisi demikian menjadi pe-er bersama tuner Indonesia. Kenapa sampai sekarang belum mampu membangun sendiri dan bersaing ? “Sebetulnya bukan pekerjaan sulit. Hanya saja, kita tim privateer yang mana faktor dana sangat terbatas,“ timpal M Yusron asal pasukan Alifka Motor Banter Jogjakarta.
Kabar yang beredar, mekanik Pele asal Pell” s Iblis Kedip Solo yang memang populer menggarap pacuan matik (200 cc) sedang meriset Mio kisaran 250 cc dan siap tarung di FFA. Kita tunggu saja kejutan prestasinya. | ogy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar